KE DEPOK
Pengorbanan
demi masa depan
[Perlajanan
kecil menuju Depok]
16
Mei 2018
Pukul 03.00 WIB, kami mulai
keluar rumah dengan menggunakan pengaman kepala dan mengenakan jaket tebal
untuk keamanan berkendara, kendaraan yang kami pakaipun kendaraan roda dua.
Meskipun udaranya
dingin dan perut masih dalam keadaan kosong, kami tetap menikmati perjalanan
soalnya itu merupakan perjalanan paling jauh yang akan kami tempuh dengan
menggunakan motor.
Pada tengah-tengah
perjalanan waktu menunjukan pukul 04.30 WIB, dan tedengar kumandang suara
adzan, “Allahu akbar Allahu Akbar”. Kamipun
langsung berhenti dan menepi ke sebuah masjid terdekat pada saat itu yaitu
Masjid Atta'awun Puncak, Bogor untuk melaksanakan ibadah
shalat subuh terlebih dahulu. Saat itu ramai orang yang sama
sedang menempuh perjalanan dan berhenti melaksanakan shalat subuh di masjid
tersebut.
Setibanya
di halaman masjid, saya sangat merasakan kedinginan karena udara di puncak pada
saat itu seperti berada di dalam lemari es, sangat dingin. Saat menginjakan
kaki ke dalam air, saya merasa seperti menginjakan kaki kedalam es, sehingga
pada saat itu hati saya berkata, “Astaghfirullah
dinginnya, padahal ini baru diluar masjid apalagi didalamnya mungkin airnya
lebih dingin lagi”. Tetapi hal itu saya acuhkan demi melaksanakan kewajiban
ibadah shalat subuh. Dan ternyata benar air didalam toilet masjid pun sangat
dingin sampai-sampai badan saya menggigil.
Setelah
beres berwudhu, kami langsung melaksanakan shalat subuh berjamaah, tetapi kami
melaksanakan shalat berjamahnya hanya 4 orang karena para jamaah shalat pertama
telah selesai. Hal itu sangat saya sayangkan, sebab saya kira saya akan
berjamaah dengan jamaah pertama tetapi ternyata tidak, saya sedikit terlambat
dan tidak bisa mengikuti jamah pertama. Tetapi saya bersyukur masih bisa
melaksanakan shalat berjamaah meskipun tidak bersama jamaah pertama.
Setelahnya
shalat subuh, kami pun segera bergegas lagi untuk melanjutkan perjalanan. Tetapi
pada saat keluar dari masjid saya merasa lapar,dan bertanya kepada kakak saya,
“Ada warung yang udah buka gak yah? Perut
udah mulai lapar nih kak”. “iya nih
kakak juga lapar kayanya belum ada warung yang udah buka”, jawab kakak saya.
Tetapi
untungnya pada saat kami sedang memakai sepatu saya melihat seorang bapak-bapak
yang sedang duduk dikursi dekat tempat kami memarkirkan motor, dan ternyata dia
adalah pedagang tahu yang kebetulan dia baru tiba disitu. Tanpa menunggu waktu
lama, saya langsung memanggil bapak tersebut. “bang beli tahunya 2 bungkus”. “iya dek mau pake cabe gak?” tanya
pedagang tersebut. Saya berpikir, saya suka cabe tapi masalahnya saya takut
malah sakit perut pas diperjalanan. Akhirnya saya bertanya kepada kakak saya, “mau pake cabe gak kak?”. Kakak saya
menjawab, “gak usah aja dek takunya malah
sakit perut pas lagi di motor”. “oh
iya kalo begitu kak”. Saya berbicara lagi ke pedagang tesebut, “gak usah pake cabe bang gak apa-apa terima
kasih”. Dan akhirnya kami makan dulu tahu sebagai pengganjal perut sebelum
kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar
pukul 05.00 kami melanjutkan kembali perjalanan. Baru beberapa kilometer dari
masjid tempat kami shalat, ternyata ada sesuatu hal yang kami lupa, yaitu
mengisi bensin. “Aduh ada yang lupah nih
dek!” ucap kakak saya. Saya kaget,“apaan
yang lupa kak?”. “Bensin belum di isi lagi”. Saat itu saya cemas, karena
waktu matahari belum menampakkan dirinya dan pom bensin pun tidak kami temukan.
“ya sudah kak kita lanjut aja, kali aja
di depan ada pom bensin”. Setelah berjalan berkilo-kilo meter pom bensin
belum pula kami temukan. Perasaan kami semakin cemas karena takunya kami
kehabisan bensin di tengah perjalanan.
Sudah
penat kami cari-cari pom bensin yang tak kunjung kami temukan, akhirnya saat
bensin sudah hampir kering kami menemukan sebuah pom bensin yang sudah buka. “alhamdulillah didepan ada pom bensin yang
sudah buka”. Ucap kakak saya. Dan ternyata benar didepan ada pom bensin
yang sudah buka. “iya kak itu didepan pom
bensinnya ada yang sudah buka”. Ucap saya. Saya sangat besyukur ternyata
Allah SWT masih menyelamatkan kami dari kesengsaraan diperjalanan. Dan
perjalananpun kami lanjutkan.
Tepat
pukul 06.00 WIB, kami sudah memasuki wilayah Bogor. Karena kami baru pertama
kali berangkat ke Depok dan kendaraannya juga menggunakan motor, kami
kebingungan mencari akses jalan. Untungnya jaman sekarang teknologi sudah
semakin canggih, jadi kamipun mencoba membuka google map untuk membantu kami
menunjukan akses jalan menuju Depok. Saat itu kami ragu dengan kinerja google
map takutnya kami malah nyasar dan membuang waktu perjalanan kami.
Di
simpangan pertama kami agak ragu untuk memilih jalan, karena sinyal hp kami
tiba-tiba mengalami gangguan dan kebetulan saya yang memegang hp tersebut. “belok ke sebelah mana nih dek?” tanya
kakak saya. “aduh gak tau nih kak soalnya
sinyal hp-nya mati” jawab saya. “ya
sudah kita tanyakan aja ke orang di pinggir jalan itu” ucap kakak saya.
Kebetulan saat itu ada seorang driver ojek online yang sedang mangkal di dekat
pertigaan, lalu langsung saja kami hampiri.
“Maaf bang mau nanya, jalan menuju
arah ke Depok kemana ya bang?”.
Tanya saya kepada driver tersebut. “oh
iya abang tinggal lurus aja nanti di pertigaan berikutnya abang belok kanan” jawab
orang tersebut. “oh iya bang terima kasih
banyak ya maaf udah ganggu waktunya” ucap saya. Dan kamipun langsung
melanjukan perjalanan kembali.
Waktu
menunjukan pukul 07.00 WIB dan kami sudah berada di ujung daerah Bogor dan
sudah akan memasuki Kota Depok. “Alhamdulillah padahal terget kita sampai pukul jam 08.00
WIB tetapi jam segini sudah ada di Depok lagi.” Ucap saya. Kakak saya juga
berkata, “iya alhamdulillah berarti kita
punya waktu banyak untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum kamu di
wawancara”.
Pukul
07.30 WIB kami sampai di Pengasinan, Sawangan, Depok. Tetapi kami tidak
langsung menuju RGI pada saat itu karena kami belum makan, maka kami memutuskan
untuk singgah di warteg yang berada di pinggir jalan sambil menghilangkan rasa
letih perjalanan.
Oh
iya, ada sesuatu yang lucu saat itu, pada saat setelah kami makan dikira kami
akan membayar makan tersebut mahal tetapi ternyata tidak, soalnya ini kan kota
Depok pasti untuk sekelas kota-kota seperti Depok yang berada di pinggir Ibu
Kota ini dikiranya mahal tetapi ternyata tidak dan kami sangat kaget pada saat
itu.
Pukul
08.00 WIB perut kami sudah kenyang dan rasa letih pun sudah hilang. Kami
langsung bergegas melanjutkan perjalanan menuju RGI yang mana dari tempat makan
tersebut jaraknya tidak jauh hanya sekitar 3 KM. Di perjalanan kami sambil
tengok kanan kiri mencari plang yang bertulisakan Rumah Genilang Indinesia.
Sekitar 5 menit perjalanan kami pun melihat di depan sebelah kiri kami ada pang
bertulisakan RGI dan kami sangat bersyukur kami tiba dengan selamat. Dengan
tanpa menunggu lama lagi kami langsung masuk gerbang ke menuju sebuah parkiran
untuk menyimpan motor kami.
Saya
kaget pas awal pertama masuk di parkiran itu karena dikira saya bangunan RGI
biasa-biasa saja seperti kebanyakan sekolah geratis lainnya tetapi ternyata
tidak, bangunan yang berdiri didepan kami sangat bagus dan mewah. Kami juga
langsung di sambut langsung oleh security
yang sedang berjaga pada saat itu, dan kami senang dengan pelayanan terhadap
tamu yang dilakukan oleh pihak RGI.
Tak
lama kemudian, kami langsung masuk ke ruangan custommer service untuk mengisi daftar kedatangan calon peserta
didik baru, dengan disediakan beberapa perjanjian yang harus disepakati dan
laksanakan. Saat saya membaca peraturannya saya sangat merasa cemas karena
peraturan-peraturan yang akan saya tandatangani isinya sangat tegas. Saya
berfikir apabila saya melanggar peraturan mungkin saya akan langsung dihukum
dan bisa jadi sampai dipulangkan dan membayar ganti rugi Rp.12.000.000,00 untuk
ganti rugi selama belajar di RGI. Hal tersebut tercantum diperaturan yang saya
tanda tangani, jadi saya harus lebih disiplin lagi jika saya tidak mau dihukum.
Orang
lain peserta wawancara pun mulai berdatangan, saya kira hanya orang sekitar
Depok saja yang ikut mendaftar tetapi ternyata dari seluruh pulau jawa saat itu
hadir mengikuti tes untuk masuk menjadi peserta diklat RGI. Awalnya saya saya
ragu untuk bisa lolos pada saat itu soalnya dari sekian banyak pendaftar hanya
akan di terima sebagian yang beruntung saja bisa lolos. Tetapi tidak
henti-hentinya saya berdo’a kepada Allah SWT meminta yang terbaik bagi saya dan
saya juga sangat berharap untuk bisa lolos interview
dan diterima menjadi siswa RGI.
Tepat
pukul 09.00 acara seleksi calon peserta diklat mulai dibuka. Ruang aula RGI
saat itu menjadi tempat berkumpulnya semua peserta. Melihat peserta yang lain,
saya sangat gerogi sekali dan saya hanya bisa duduk terdiam saja tampa ngobrol dengan orang lain karena saya
belum mengenal mereka dan mereka pun belum mengenal saya.
Setelahnya
acara dibuka, setiap peserta langsung diberikan sebuah kertas soal tes tulis.
Saya heran pada saat itu dikira tidak akan ada tes tulisnya tetapi ternyata
ada, dan saya dada deg-degan takutnya
saya tidak bisa menjawab soal-soalnya. Tetapi berkat do’a saya, alhamdulillah
saya bisa menjawab soal-soal tersebut dengan lancar. Tapi saya kebingungan pada
kertas tes tersebut terdapat soal materi tentang tata busana dan saya belum
pernah tau apa itu yang dipelajari didalam tata busana.
60
menit berlangsung, semua peserta beres mengerjakan soalnya. Meskipun saya tau
dari sebagian peserta seleksi ada yang mengisi soal tersebut dengan jawaban
asal-asalan.
Semua
orang terlihat santai pada saat itu sampai tiba waktunya sesi wawancara (interview). Para sebagian peserta mulai
merasakan cemas dan sebagiannya lagi menutup-nutupi kecemasan tersebut.
Termasuk saya pada saat itu, saya sangat cemas menunggu panggilan dari panitia
untuk bisa memasuki ruang interview.
Setelah
menunggu lama, akhirnya nama saya di sebutkan oleh penitia, “Deni Septiana dari Tasikmalaya” langsung
saya berdiri dan mengikuti panitia ke ruang interview.
Saya sangat merasa gemeteran saat itu dan terus saja saya berdo’a supaya interviewnya dilancarkan.
Didalam
ruang interview saya banyak diberi
pertanyaan dan alhamdulillah saya bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan. Tidak membutuhkan waktu lama, didalam ruang tersebut hanya
sekitar 10 menit dan interview pun
selesai.
Diluar
ruangan kakak saya telah menunggu saya diwawancarai, setelahnya keluar dari
ruang interview kami sepakat untuk
langsung saja pulang lagi ke cianjur dengan target sampai disana tiba sebelum adzan isya, karena pada saat itu
merupakan malam pertama akan melaksanakan ibadah shalat tarawih sebab kebetulan hari besoknya adalah hari pertama puasa
karena sudah memasuki bulan suci ramadhan.
Kami
langsung bergegas pulang saat itu, saat di perjalanan pulang kami mengalami
sedikit permasalahan dijalan, yaitu macaet dan kebetulan saat itu pada saat
memasuki wilayah Bogor kami kehujanan tetapi untungnya kami membawa jas hujan
yang memang sudah kami siapkan dari sebelum kami berangkat.
Tepat
pukul 05.30 WIB kami akhirnya tiba di rumah dengan keadaan selamat meskipun
badan kami merasa pegal dan cape, dan kamipun beristirahat sejenak sebelum
pergi ke masjid untuk melakukan ibadah shalat maghrib. Dan setelah itu kamipun
langsung beristirahat sebelum melanjutkan kegiatan-kegiatan yang lainnya.
No comments:
Post a Comment