18 September 2018

Catatan Perjalanan


KE DEPOK
Pengorbanan demi masa depan
[Perlajanan kecil menuju Depok]

16 Mei 2018
Saat itu hari masih pagi dan waktu masih menunjukan pukul 02.30 WIB dengan suasana Cianjur yang masih sepi dan berudara dingin yang membuat hati dan fikiran saya tenang. Hari itu saya dan kakak saya akan berangkat dari Cianjur ke Depok menuju Rumah Gemilang Indonesia untuk melaksanakan wawancara seleksi menjadi siswa di Rumah Gemilang Indonesia. Sambil menunggu kakak saya selesai merapikan barang bawaannya, saya tak henti-hentinya berdo’a kepada Allah SWT supaya saya selalu diberi kemudahan dalam mengahadapi segala sesuatu urusan.
Pukul 03.00 WIB, kami mulai keluar rumah dengan menggunakan pengaman kepala dan mengenakan jaket tebal untuk keamanan berkendara, kendaraan yang kami pakaipun kendaraan roda dua.
Meskipun udaranya dingin dan perut masih dalam keadaan kosong, kami tetap menikmati perjalanan soalnya itu merupakan perjalanan paling jauh yang akan kami tempuh dengan menggunakan motor.
Pada tengah-tengah perjalanan waktu menunjukan pukul 04.30 WIB, dan tedengar kumandang suara adzan, “Allahu akbar Allahu Akbar”. Kamipun langsung berhenti dan menepi ke sebuah masjid terdekat pada saat itu yaitu Masjid Atta'awun Puncak, Bogor untuk melaksanakan ibadah shalat subuh terlebih dahulu. Saat itu ramai orang yang sama sedang menempuh perjalanan dan berhenti melaksanakan shalat subuh di masjid tersebut.
Setibanya di halaman masjid, saya sangat merasakan kedinginan karena udara di puncak pada saat itu seperti berada di dalam lemari es, sangat dingin. Saat menginjakan kaki ke dalam air, saya merasa seperti menginjakan kaki kedalam es, sehingga pada saat itu hati saya berkata, “Astaghfirullah dinginnya, padahal ini baru diluar masjid apalagi didalamnya mungkin airnya lebih dingin lagi”. Tetapi hal itu saya acuhkan demi melaksanakan kewajiban ibadah shalat subuh. Dan ternyata benar air didalam toilet masjid pun sangat dingin sampai-sampai badan saya menggigil.
Setelah beres berwudhu, kami langsung melaksanakan shalat subuh berjamaah, tetapi kami melaksanakan shalat berjamahnya hanya 4 orang karena para jamaah shalat pertama telah selesai. Hal itu sangat saya sayangkan, sebab saya kira saya akan berjamaah dengan jamaah pertama tetapi ternyata tidak, saya sedikit terlambat dan tidak bisa mengikuti jamah pertama. Tetapi saya bersyukur masih bisa melaksanakan shalat berjamaah meskipun tidak bersama jamaah pertama.
Setelahnya shalat subuh, kami pun segera bergegas lagi untuk melanjutkan perjalanan. Tetapi pada saat keluar dari masjid saya merasa lapar,dan bertanya kepada kakak saya, “Ada warung yang udah buka gak yah? Perut udah mulai lapar nih kak”. “iya nih kakak juga lapar kayanya belum ada warung yang udah buka”, jawab kakak saya.
Tetapi untungnya pada saat kami sedang memakai sepatu saya melihat seorang bapak-bapak yang sedang duduk dikursi dekat tempat kami memarkirkan motor, dan ternyata dia adalah pedagang tahu yang kebetulan dia baru tiba disitu. Tanpa menunggu waktu lama, saya langsung memanggil bapak tersebut. “bang beli tahunya 2 bungkus”. “iya dek mau pake cabe gak?” tanya pedagang tersebut. Saya berpikir, saya suka cabe tapi masalahnya saya takut malah sakit perut pas diperjalanan. Akhirnya saya bertanya kepada kakak saya, “mau pake cabe gak kak?”. Kakak saya menjawab, “gak usah aja dek takunya malah sakit perut pas lagi di motor”. oh iya kalo begitu kak”. Saya berbicara lagi ke pedagang tesebut, “gak usah pake cabe bang gak apa-apa terima kasih”. Dan akhirnya kami makan dulu tahu sebagai pengganjal perut sebelum kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 05.00 kami melanjutkan kembali perjalanan. Baru beberapa kilometer dari masjid tempat kami shalat, ternyata ada sesuatu hal yang kami lupa, yaitu mengisi bensin. “Aduh ada yang lupah nih dek!” ucap kakak saya. Saya kaget,“apaan yang lupa kak?”. “Bensin belum di isi lagi”. Saat itu saya cemas, karena waktu matahari belum menampakkan dirinya dan pom bensin pun tidak kami temukan. “ya sudah kak kita lanjut aja, kali aja di depan ada pom bensin”. Setelah berjalan berkilo-kilo meter pom bensin belum pula kami temukan. Perasaan kami semakin cemas karena takunya kami kehabisan bensin di tengah perjalanan.
Sudah penat kami cari-cari pom bensin yang tak kunjung kami temukan, akhirnya saat bensin sudah hampir kering kami menemukan sebuah pom bensin yang sudah buka. “alhamdulillah didepan ada pom bensin yang sudah buka”. Ucap kakak saya. Dan ternyata benar didepan ada pom bensin yang sudah buka. “iya kak itu didepan pom bensinnya ada yang sudah buka”. Ucap saya. Saya sangat besyukur ternyata Allah SWT masih menyelamatkan kami dari kesengsaraan diperjalanan. Dan perjalananpun kami lanjutkan.
Tepat pukul 06.00 WIB, kami sudah memasuki wilayah Bogor. Karena kami baru pertama kali berangkat ke Depok dan kendaraannya juga menggunakan motor, kami kebingungan mencari akses jalan. Untungnya jaman sekarang teknologi sudah semakin canggih, jadi kamipun mencoba membuka google map untuk membantu kami menunjukan akses jalan menuju Depok. Saat itu kami ragu dengan kinerja google map takutnya kami malah nyasar dan membuang waktu perjalanan kami.
Di simpangan pertama kami agak ragu untuk memilih jalan, karena sinyal hp kami tiba-tiba mengalami gangguan dan kebetulan saya yang memegang hp tersebut. “belok ke sebelah mana nih dek?” tanya kakak saya. “aduh gak tau nih kak soalnya sinyal hp-nya mati” jawab saya. “ya sudah kita tanyakan aja ke orang di pinggir jalan itu” ucap kakak saya. Kebetulan saat itu ada seorang driver ojek online yang sedang mangkal di dekat pertigaan, lalu langsung saja kami hampiri.
“Maaf bang mau nanya, jalan menuju arah ke Depok kemana ya bang?”. Tanya saya kepada driver tersebut. “oh iya abang tinggal lurus aja nanti di pertigaan berikutnya abang belok kanan” jawab orang tersebut. “oh iya bang terima kasih banyak ya maaf udah ganggu waktunya” ucap saya. Dan kamipun langsung melanjukan perjalanan kembali.
Waktu menunjukan pukul 07.00 WIB dan kami sudah berada di ujung daerah Bogor dan sudah akan memasuki Kota Depok. “Alhamdulillah  padahal terget kita sampai pukul jam 08.00 WIB tetapi jam segini sudah ada di Depok lagi.” Ucap saya. Kakak saya juga berkata, “iya alhamdulillah berarti kita punya waktu banyak untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum kamu di wawancara”.
Pukul 07.30 WIB kami sampai di Pengasinan, Sawangan, Depok. Tetapi kami tidak langsung menuju RGI pada saat itu karena kami belum makan, maka kami memutuskan untuk singgah di warteg yang berada di pinggir jalan sambil menghilangkan rasa letih perjalanan.
Oh iya, ada sesuatu yang lucu saat itu, pada saat setelah kami makan dikira kami akan membayar makan tersebut mahal tetapi ternyata tidak, soalnya ini kan kota Depok pasti untuk sekelas kota-kota seperti Depok yang berada di pinggir Ibu Kota ini dikiranya mahal tetapi ternyata tidak dan kami sangat kaget pada saat itu.
Pukul 08.00 WIB perut kami sudah kenyang dan rasa letih pun sudah hilang. Kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan menuju RGI yang mana dari tempat makan tersebut jaraknya tidak jauh hanya sekitar 3 KM. Di perjalanan kami sambil tengok kanan kiri mencari plang yang bertulisakan Rumah Genilang Indinesia. Sekitar 5 menit perjalanan kami pun melihat di depan sebelah kiri kami ada pang bertulisakan RGI dan kami sangat bersyukur kami tiba dengan selamat. Dengan tanpa menunggu lama lagi kami langsung masuk gerbang ke menuju sebuah parkiran untuk menyimpan motor kami.
Saya kaget pas awal pertama masuk di parkiran itu karena dikira saya bangunan RGI biasa-biasa saja seperti kebanyakan sekolah geratis lainnya tetapi ternyata tidak, bangunan yang berdiri didepan kami sangat bagus dan mewah. Kami juga langsung di sambut langsung oleh security yang sedang berjaga pada saat itu, dan kami senang dengan pelayanan terhadap tamu yang dilakukan oleh pihak RGI.
Tak lama kemudian, kami langsung masuk ke ruangan custommer service untuk mengisi daftar kedatangan calon peserta didik baru, dengan disediakan beberapa perjanjian yang harus disepakati dan laksanakan. Saat saya membaca peraturannya saya sangat merasa cemas karena peraturan-peraturan yang akan saya tandatangani isinya sangat tegas. Saya berfikir apabila saya melanggar peraturan mungkin saya akan langsung dihukum dan bisa jadi sampai dipulangkan dan membayar ganti rugi Rp.12.000.000,00 untuk ganti rugi selama belajar di RGI. Hal tersebut tercantum diperaturan yang saya tanda tangani, jadi saya harus lebih disiplin lagi jika saya tidak mau dihukum.
Orang lain peserta wawancara pun mulai berdatangan, saya kira hanya orang sekitar Depok saja yang ikut mendaftar tetapi ternyata dari seluruh pulau jawa saat itu hadir mengikuti tes untuk masuk menjadi peserta diklat RGI. Awalnya saya saya ragu untuk bisa lolos pada saat itu soalnya dari sekian banyak pendaftar hanya akan di terima sebagian yang beruntung saja bisa lolos. Tetapi tidak henti-hentinya saya berdo’a kepada Allah SWT meminta yang terbaik bagi saya dan saya juga sangat berharap untuk bisa lolos interview dan diterima menjadi siswa RGI.
Tepat pukul 09.00 acara seleksi calon peserta diklat mulai dibuka. Ruang aula RGI saat itu menjadi tempat berkumpulnya semua peserta. Melihat peserta yang lain, saya sangat gerogi sekali dan saya hanya bisa duduk terdiam saja tampa ngobrol dengan orang lain karena saya belum mengenal mereka dan mereka pun belum mengenal saya.
Setelahnya acara dibuka, setiap peserta langsung diberikan sebuah kertas soal tes tulis. Saya heran pada saat itu dikira tidak akan ada tes tulisnya tetapi ternyata ada, dan saya dada deg-degan takutnya saya tidak bisa menjawab soal-soalnya. Tetapi berkat do’a saya, alhamdulillah saya bisa menjawab soal-soal tersebut dengan lancar. Tapi saya kebingungan pada kertas tes tersebut terdapat soal materi tentang tata busana dan saya belum pernah tau apa itu yang dipelajari didalam tata busana.
60 menit berlangsung, semua peserta beres mengerjakan soalnya. Meskipun saya tau dari sebagian peserta seleksi ada yang mengisi soal tersebut dengan jawaban asal-asalan.
Semua orang terlihat santai pada saat itu sampai tiba waktunya sesi wawancara (interview). Para sebagian peserta mulai merasakan cemas dan sebagiannya lagi menutup-nutupi kecemasan tersebut. Termasuk saya pada saat itu, saya sangat cemas menunggu panggilan dari panitia untuk bisa memasuki ruang interview.
Setelah menunggu lama, akhirnya nama saya di sebutkan oleh penitia, “Deni Septiana dari Tasikmalaya” langsung saya berdiri dan mengikuti panitia ke ruang interview. Saya sangat merasa gemeteran saat itu dan terus saja saya berdo’a supaya interviewnya dilancarkan.
Didalam ruang interview saya banyak diberi pertanyaan dan alhamdulillah saya bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Tidak membutuhkan waktu lama, didalam ruang tersebut hanya sekitar 10 menit dan interview pun selesai.
Diluar ruangan kakak saya telah menunggu saya diwawancarai, setelahnya keluar dari ruang interview kami sepakat untuk langsung saja pulang lagi ke cianjur dengan target sampai disana tiba sebelum adzan isya, karena pada saat itu merupakan malam pertama akan melaksanakan ibadah shalat tarawih sebab kebetulan hari besoknya adalah hari pertama puasa karena sudah memasuki bulan suci ramadhan.
Kami langsung bergegas pulang saat itu, saat di perjalanan pulang kami mengalami sedikit permasalahan dijalan, yaitu macaet dan kebetulan saat itu pada saat memasuki wilayah Bogor kami kehujanan tetapi untungnya kami membawa jas hujan yang memang sudah kami siapkan dari sebelum kami berangkat.
Tepat pukul 05.30 WIB kami akhirnya tiba di rumah dengan keadaan selamat meskipun badan kami merasa pegal dan cape, dan kamipun beristirahat sejenak sebelum pergi ke masjid untuk melakukan ibadah shalat maghrib. Dan setelah itu kamipun langsung beristirahat sebelum melanjutkan kegiatan-kegiatan yang lainnya.

No comments:

Post a Comment